Mar 21, 2016


Sudah hampir dua bulan ini, nyaris setiap istirahat makan siang Mas Sindhu selalu membelokkan motornya ke arah rumah eyangku. Bahkan saat aku berkata tidak perlu, diam-diam jempol tangan kirinya sudah siap untuk menggeser tuas sign kiri, tepat sebelum pos ronda penanda gang masuk ke rumah eyang, dan selalu disertai dengan cengiran lebar saat dia tahu bahwa aku membaca gelagat itu. Bagi kami, memang nyaris tidak ada alasan untuk tidak rindu pada dua sosok kecil yang selalu berteriak-teriak dengan riuhnya saat mendengar klintingan lonceng penanda pagar rumah eyang yang terbuka.



Meski hanya sepuluh menit sampai setengah jam di setiap sessi mampir, menangkap kehidupan dari mata dua adik kecilku, Ayka (kami memanggilnya kakak) si rambut kriwil & Hugo (kami memanggilnya Dodo) si pantat semok ini selalu terasa istimewa. Kebetulan kami berdua sama-sama belum merasakan punya ponakan kecil (dan anak kecil, eh). Terlebih bagiku, semenjak berpenghasilan dan bisa memberikan hadiah-hadiah lucu, mereka lah adik kecil pertama yang aku punya dari om dan mendiang tanteku. Mereka selalu kujadikan alasan setiap kali ingin membeli pernak-pernik, pakaian atau mainan batita unyu dan menyelipkan rasa bangga di dada saat barang pemberianku dipakai meskipun kadang umurnya tak cukup lama karena tingkah si Hugo yang terkadang barbarian. 
Setiap sessi mampir yang seringnya dibarengi dengan terik matahari yang luar biasa menyengat, Ayka dan terlebih Hugo yang jauh lebih hiperaktif dibandingkan sang kakak, selalu memberi kejutan lewat tingkat-tingkah lucu khas batita. Ayka yang gemar menyanyi dan menari di depan layar televisi kerap membuatku terpukau dengan kemampuannya menghafal lagu sambil berjoged menirukan irama. Mungkin ini berkat mendiang ibunya yang kerap memperdengarkan musik sambil berdendang dan berjoged ketika Ayka masih bayi. Hugo yang selalu berusaha mencuri perhatian dengan tingkah konyol, tak pernah gagal membuatku tertawa gemas karena kelucuannya. Entah memasangkan tas plastik di kepalanya lalu berjalan terseok-seok, atau membuka mulut lebar-lebar di depan kipas angin yang sedang berputar hanya untuk mendengar suaranya sendiri bergetar. 

Bahkan meskipun hingga saat ini ini dia tidak pernah memanggil namaku dengan benar, entah titek, dudek, aing, aku selalu memaafkannya dan malahan semakin menyayanginya. Masih menyisakan tawa geli aku mengingat bagaimana dia pura-pura duduk terjatuh di sepedanya hanya supaya diperhatikan dan dibantu berdiri. Tak hanya tawa, anak-anak ini juga menghadirkan lebih banyak cinta di rumah eyang. Ada rasa hangat yang menjalar ketika melihat Ayka dengan manjanya duduk di pangkuan Mas Sindhu dan memencet-mencet plastik bubble wrap berdua. Seperti Mas Sindhu, siapapun akan jatuh hati bertemu mereka berdua yang selalu memunculkan naluri untuk menyayangi.

Tak jarang kami berdua mengajak kedua anak ini pergi keluar dan makan bersama entah ayam goreng ataupun sekedar es buah, sambil berdalih "belajar ngemong". Pernah juga kami ini dikira keluarga muda saat Ayka langsung menggandeng tangan Mas Sindhu begitu turun dari motor yang mengundang komentar dari bapak parkir, "kalau anak cewek tu ya pasti nempelnya sama bapaknya.." yang hanya kami balas dengan saling memandang sebelum senyum kami mengembang dan tawa kami meledak (dan kemudian amin, dalam hati masing-masing).  
Meski tak dapat dipungkiri bahwa setahun terakhir melihat keduanya tumbuh tanpa sosok ibu sering kali mendatangkan rasa haru, namun bukan berarti kami yang masih di dunia ini harus terus-menerus bersedih. Seperti pesan terakhir mendiang ibu kalian untuk kami, "Titip Ayka & Hugo", begitu pula selamanya kami akan menjagamu.

Teruntuk Ayka & Hugo, cucu, keponakan, dan adik kesayangan bagi kami semua, teruslah tumbuh menjadi manusia yang berbahagia. Jangan khawatir pada kejamnya dunia karena kami selalu ada untuk menjaga kalian berdua, pun ibumu yang turut menjaga dari atas sana. Kalian berdua punya 5 mama, 5 pakde, dan banyak kakak yang tak mau sedikit pun hal buruk menimpa kalian. Sampai kapanpun, kupastikan kasih sayang kami pada kalian akan selalu istimewa, sebagaimana rindu pada mendiang ibu kalian yang selalu tumbuh setiap kali aku menatap mata indah kalian berdua. 

 

what should not be forgotten . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates