Jan 16, 2017

Jauh di masa setelah mantan yang suka pura-pura salah kirim chat menghilang dari muka bumi, entah dari mana asalnya dengan cara yang tiba-tiba, seorang junior di masa SMA berganti datang memasuki kehidupan saya.

Masih ingat betul, "Segala sesuatu yang diawali dengan niat baik, pasti akan berakhir baik," jargonnya saat berniat berkenalan dengan orang tua saya dan mengenalkan saya pada orang tuanya. Awalnya sih, agak gimana gitu kesannya terburu-buru, padahal kami belum ada hubungan apa-apa. kenalnya aja baru jalan satu bulan, pikir saya saat itu. Tapi ya sudahlah, toh niatnya baik untuk apa ditolak juga, tidak ada salahnya juga dicoba.

Kami masing-masing tentu punya kenangan sendiri tentang pertemuan pertama dengan orang tua. Ada rasa minder, ciut, takut tapi juga sedikit terselip bangga karena setidaknya langkah pertama diawali dengan cara yang baik, yaitu memperkenalkan diri.

Satu tahun berlalu setelah masa-masa penuh keraguan tentang hubungan yang kami jalani. Saya sekarang paham betul mengapa dia sangat ingin kami berdua saling mendekatkan diri kepada keluarga masing-masing. Tanpa saya sadari, dia yang usianya dua tahun di bawah saya, justru punya prinsip berhubungan yang levelnya di atas saya. Dia sungguh penganut prinsip bahwa hubungan bukan hanya milik dua orang, tapi juga menggabungkan keluarga kami berdua.

Yang awalnya masih saling malu-malu dan menganggap saya tamu, adik-adiknya pun mulai terbiasa dengan kehadiran saya di rumah mereka, tidur siang di kamar mereka, makan di meja makan yang sama, bahkan meminjam baju rumahnya saat saya terpaksa menginap di sana. Pun dengan orang tuanya. Di acara-acara keluarga internal seperti sembayangan, ulang tahun, berziarah, ke gereja, pernikahan saudara, tak jarang saya ikut bergabung. Beberapa kali saya diajak ke warung, membantu ibu dan budenya sambil mengobrol sana-sini. Sampai ke lingkup yang lebih besar ketika saya diajak mudik hari raya ke Banyuwangi, daerah asal ibunya selama sepuluh hari. Dipertemukan dengan uti, kakung, tante, om dan sepupu-sepupu. Ikut serta dalam mobil keluarga selama berhari-hari, juga mengalami malam yang cukup mencekam setelah kabut tebal bersama dengan keluarganya. Perlahan-lahan saya mulai merasa menjadi bagian dari keluarganya juga.

Yang paling signifikan adalah perubahan adik perempuannya, yang lama kelamaan mulai saya anggap sebagai adik sendiri, setelah kami melewati sessi curhat saat tidur sekamar sampai jam dua pagi. Tak jarang juga dia berkonsultasi tentang gaya rambut, gaya berpakaian, atau minta pendapat saat akan membeli barang baru. Kadang ditambah rengekan-rengekan, persis seperti adik kandung saya sendiri sih, tanpa sungkan. Ibunya, mulai lebih sering menghubungi saya untuk sekedar meminta bantuan, terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan pakaian, make up, yang tidak bisa dikerjakan kedua anak lelakinya di rumah. Dalam banyak kesempatan menitipkan anak lelakinya pada saya, untuk dibantu, dibimbing, ditemani dan didukung. Masih ingat betul di masa ujian akhir skripsi. Dalam satu hari lebih dari tiga kali ibunya menelpon saya, hanya untuk bilang "Tante titip ya mbak, tante minta tolong ya mbak." Dan berbuah manis dengan ucapan "terima kasih buat semua supportnya" di hari wisudanya yang lalu.

Ada pula malam-malam yang terasa begitu intim, salah satunya saat saya, dia dan ibunya sedang berada di dalam kamar yang sama untuk memijat dia yang sedang merasa tidak enak badan. Dia memang begitu manja pada saya dan ibunya jika sedang sakit. Obrolan kami bertiga mengalir seputar kelulusannya, sampai perihal mencari kerja. Pesan ibunya sangat sederhana, "Sekarang kakak fokuslah cari kerja, dimanapun dapatnya nanti, nggak usah liat ke kiri kanan, belakang. Nggak usah takut jauh dari mama papa, jauh dari rumah, nggak usah takut jauh dari mbak Tita," seketika hati saya berdesir mendengar nama saya turut diperhitungkan. Sehangat ini kah rasanya menjalin hubungan dengan restu orang tua?

Sekarang sudah terjawab, jika masih ada yang menanyakan pada saya "Kenapa mau berpacaran dengan yang lebih muda?". Kenapa harus tidak mau, jika dia juga bisa mengajarimu banyak hal, jika prinsipnya justru lebih dewasa daripada kita yang sudah lebih tua. Dan kenapa harus malu, belajar dan diingatkan oleh yang lebih muda, selama semuanya untuk tujuan yang baik pula?



Terima kasih sudah mengajakku mengawali dengan niat yang baik, menjaga dan mempertahankan dengan cara yang baik sembari berupaya mencapai hasil akhir yang baik.

Karena kamu sungguh seorang yang baik, maka dimanapun nanti pekerjaan memilihmu, aku percaya sungguh kita akan baik-baik saja,

what should not be forgotten . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates